Pernah nggak sih kamu merasa: “Wah, jualan laku, banyak yang mampir, tapi kok saldo bisnis tak kunjung naik?”.
Santai aja, banyak banget pelaku usaha yang punya kondisi sama. Karena yang terlihat rame belum tentu artinya keuangan bisnisnya sehat.
Artikel ini bakal ngobrol santai tentang gimana caranya ngatur uang bisnis
supaya gak bocor entah kemana, pakai struktur yang gampang diikutin, dimulai
dari mengenali biaya yang ada, sampai memastikan keuntungan bisa ditabung. Kalau
kamu sering bertanya “bagaimana cara mengatur uang hasil jualan biar gak
habis?”, artikel ini cocok buat kamu.
Keuangan Bisnis vs Keuangan Pribadi (Tips Mengatur Keuangan Usaha Kecil)
Sebelum lompat
ke “bagian teknis”, penting banget untuk tahu bahwa ngatur uang bisnis ≠
ngatur uang pribadi.
| Aspek | Keuangan Pribadi | Keuangan Bisnis | 
| Tujuan | Kebutuhan hidup & gaya hidup | Operasional & pertumbuhan usaha | 
| Sumber uang | Gaji,
  investasi pribadi | Penjualan,
  modal, investor | 
| Fokus utama | Menabung & konsumsi | Cash flow & profit margin | 
| Risiko | Pribadi | Kolektif
  (tim, aset, reputasi) | 
Kalau kamu mencampur uang pribadi dan bisnis, dua masalah bisa muncul:
- Kamu nggak tahu sebenarnya berapa banyak masuk vs
     keluar untuk bisnis.
- Kamu bisa kebablasan pakai uang bisnis buat keperluan
     pribadi tanpa terasa.
Misalnya: kamu jualan online, tiap hari laku 30 order, senang dong. Tapi karena uang semua dicampur dengan rekening pribadi, di akhir bulan kamu nggak tahu, “Eh, kenapa saldo tinggal sedikit ya?”.
Padahal mungkin biaya tetapnya besar seperti sewa, gaji, ongkir. tapi karena belum dicek dan dialokasikan, rasanya “uang entah ke mana”.
Mindsetnya harus
digeser, kalau bisnis adalah “mesin” yang punya input (biaya) dan output
(pendapatan plus keuntungan), maka kita harus treat dia seperti entitas
sendiri. Jadi, gak cuma “jualan terus” tapi juga “berapa yang harus disisihkan,
kapan harus investasi, kapan stop buang uang”.
Alokasi Dana Bisnis: 6 Pos Penting untuk Manajemen Keuangan UMKM
Oke, sekarang bagian inti, kita akan ngobrol tentang 6 pos utama dalam pengelolaan keuangan bisnis.
1. Biaya Tetap (20–30%): Cara Mengatur Pengeluaran
Rutin Usaha Kecil
Biaya tetap ini yang “ketok pintu” tiap bulan seperti sewa tempat, gaji karyawan, tagihan Listrik,air, internet dan lainnya.
Contoh nyata: misalnya sebuah kedai kopi kecil, sewa toko Rp 5 juta/bulan, gaji 2 barista + 1 kasir Rp 8 juta, tagihan lainnya Rp 2 juta. Total biaya tetap yaitu Rp 15 juta. Kalau pendapatan per bulan Rp 70 juta, maka persentase biaya tetap yaitu 21%, jadi masih dalam kisaran yang baik (20-30 %).
Kenapa penting? Karena kalau biaya tetap terlalu besar, maka saat pendapatan turun (misalnya sepi pelanggan), kamu bisa langsung “nangis” karena tetap harus bayar. Jadi: usahakan agar bagian biaya tetap ini tidak mendominasi.
Tips santai:
“Kalau bisa pindah ke lokasi yang sewa sedikit lebih murah tapi masih strategis,
dari pada gagah di lokasi premium tapi tiap bulan deg-degan bayar sewa.”
2. Biaya Variabel (15–25%): Tips Atur Cashflow
Usaha Kecil Biar Gak Bocor
Ini biaya yang bergantung aktivitas bisnis seperti bahan baku, kemasan, ongkir, promosi kecil-kecilan, dll.
Contoh nyata: toko online fashion, bahan kain & jahit Rp 20 juta, kemasan & pengiriman Rp 5 juta, jika omzet Rp 100 juta, maka biaya variabel ~25%. Masuk ke kisaran atas tapi masih boleh.
Rahasia: selalu evaluasi supplier dan apa yang bisa dipangkas tanpa mengorbankan kualitas. Misalnya, cari kemasan yang tetap bagus tapi lebih murah, atau konsolidasi ongkir tiap beberapa hari agar lebih efisien.
Insight santai:
“Efisiensi kecil itu kayak tetesan air, lama-lama bisa jadi genangan
keuntungan.”
3. Pemasaran (5–10%): Strategi Promosi Bisnis
Kecil dan Alokasi Budget Marketing
Iklan, promosi, kolaborasi, aktivitas marketing lainnya. Banyak yang mikir “ah saya nggak butuh iklan, udah ramai”, padahal malah di sini bisa jadi potensi besar.
Contoh nyata: sebuah usaha kecil bakery: mereka alokasikan Rp 3 juta/bulan untuk iklan Instagram dan promo gratis delivery di hari Selasa. Jika omzet naik Rp 10 juta karena promo itu, maka “investasi pemasaran” terbukti.
Kuncinya: bukan
sekadar “viral” tapi strategi yang terukur. Misalnya, iklan yang bisa
dilihat datanya (“berapa klik, berapa yang beli”) supaya kita tahu efektif atau
nggak.
4. Pengembangan (5–10%): Cara Kembangkan Bisnis
Kecil dari Keuangan yang Sehat
Bagian ini sering banget dilupakan oleh banyak pelaku usaha. Setelah bisnis berjalan dan mulai stabil, banyak yang mikir: “Ah, nanti aja mikirin pengembangan, sekarang fokus jualan dulu.”
Padahal, kalau kamu nunggu bisnis benar-benar “stabil” baru berinovasi, ya
bisa-bisa telat.
Pengembangan itu
termasuk:
- Riset pasar : ngerti tren dan kebutuhan baru
     pelanggan.
- Upgrade produk : memperbaiki kualitas,
     kemasan, atau varian baru.
- Pelatihan tim : supaya karyawan makin jago dan
     produktif.
Contoh nyata:
Ada UMKM kopi di Bandung yang awalnya cuma jual biji kopi kemasan. Mereka
sisihkan sekitar 7% omzet buat riset dan pelatihan. Dari riset itu, mereka tahu
banyak pelanggan pengin kopi siap minum. Akhirnya mereka bikin varian cold
brew botolan. Hasilnya? Omzet naik 40% dalam 3 bulan.
Insight:
Jangan tunggu punya modal besar untuk inovasi. Kadang ide kecil tapi dieksekusi
cepat bisa bikin bisnis kamu selangkah di depan pesaing.
5. Investasi & Ekspansi (5–10%): Rencana
Keuangan Bisnis Jangka Panjang untuk UMKM
Nah, kalau
bisnis kamu sudah punya arus kas cukup sehat, saatnya pikirin investasi dan
ekspansi. Tapi ingat, jangan asal “buka cabang” karena ikut-ikutan tren.
Investasi di sini bisa dua arah:
- Jangka pendek: misalnya beli peralatan baru
     biar efisien.
- Jangka panjang: buka cabang, adopsi teknologi,
     atau digitalisasi proses.
Contoh nyata:
Sebuah bengkel motor di Surabaya memutuskan beli alat scan injeksi baru seharga
Rp 15 juta. Awalnya terasa berat, tapi alat itu bisa mempercepat servis dan
menambah 5 pelanggan per hari. Dalam 4 bulan, modal balik dan profit nambah
terus.
Saran:
Pilih investasi yang bisa mengurangi biaya jangka panjang. Jangan
tergoda beli alat keren yang nggak terlalu dibutuhkan.
6. Keuntungan (10–20%): Cara Mengelola Laba Usaha
Kecil Agar Bertumbuh
Nah, ini bagian
paling ditunggu. Tapi sayangnya, di sinilah banyak pebisnis “kepleset”.
Begitu dapat untung, langsung dihabiskan buat “reward diri sendiri”, padahal
bisnis belum tentu stabil.
Keuntungan bisnis itu ibarat darah
cadangan. Sebagian boleh buat apresiasi, tapi sebagian lagi wajib disisihkan
buat tabungan bisnis.
Contoh nyata:
Warung makan rumahan di Yogyakarta menyisihkan 15% keuntungan bulanannya buat
dana darurat usaha. Saat pandemi 2020, mereka tetap bisa bertahan tiga bulan
penuh tanpa harus tutup, karena sudah punya “bantal keuangan”.
Insight : Untung besar itu
bagus, tapi untung konsisten dan aman itu jauh lebih penting.
Kesalahan Umum yang Bikin Uang Usaha Bocor: Hindari Ini dalam Keuangan
Bisnismu
Oke, teori udah dapet, tips udah paham. Tapi gimana kalau ternyata kebiasaan
sehari-hari kita justru yang bikin uang usaha bocor?
Supaya nggak ngulang kesalahan
yang sama, yuk kenali beberapa hal kecil tapi berdampak besar ini:
- Campur uang pribadi dan bisnis
 Ini klasik tapi paling sering terjadi. Kalau masih gabung rekeningnya, segera pisahkan.
- Belanja impulsif atas nama ‘operasional’
 “Ah beli alat ini biar produktif.” Padahal belum tentu dipakai maksimal.
- Nggak punya catatan keuangan sederhana
 Gak perlu software mahal, spreadsheet sederhana pun cukup asal rutin dicatat.
- Terlalu cepat ekspansi
 Banyak yang baru untung tiga bulan langsung buka cabang, padahal cash flow belum kuat.
 Tips santai:
“Kalau mau bisnis awet, lebih baik pelan tapi pasti daripada ngebut terus mogok
di tengah jalan.”
Ngatur Uang Itu Bukan Soal Pelit, Tapi Soal
Bertahan
Ngatur keuangan bisnis bukan berarti kamu pelit atau takut keluar uang. Justru di situlah seni manajemen bisnis.
Bisnis yang sukses itu bukan cuma soal omzet tinggi, tapi juga bagaimana
uangnya berputar dengan sehat.
Mulai aja dulu dari hal kecil:
- Catat semua pemasukan dan pengeluaran.
- Pisahkan rekening bisnis & pribadi.
- Alokasikan pos-pos sesuai porsi.
- Evaluasi setiap bulan.
Pelan-pelan
nanti kamu bakal tahu ritme keuangan bisnis kamu sendiri.
Dan ingat: lebih baik untung kecil tapi aman, daripada besar tapi bocor entah
ke mana.
FAQ Seputar Cara Ngatur Uang Bisnis
1. Kalau bisnis masih kecil, perlu ribet ngatur begini juga?
Justru perlu. Semakin kecil bisnis kamu, semakin penting disiplin dari awal. Karena saat bisnis berkembang, kamu nggak bingung adaptasi.
2. Persentase alokasi (20–30%, 5–10%, dst) harus sama semua bisnis?
Nggak harus. Angka itu panduan umum. Kamu bisa sesuaikan tergantung jenis usaha dan fase pertumbuhan. Misalnya bisnis digital bisa punya biaya tetap lebih kecil tapi biaya pemasaran lebih besar.
3. Gimana cara paling mudah pisahkan uang pribadi dan bisnis?
Buka rekening khusus untuk bisnis, walau masih pakai nama pribadi. Setiap pemasukan masuk ke sana, dan pengeluaran bisnis hanya dari rekening itu. Simpel tapi efektif.
4. Apa perlu pakai software akuntansi?
Kalau bisnis kamu sudah mulai ramai, iya, tapi nggak wajib. Untuk tahap awal, catatan manual di Google Sheet aja cukup asal rutin.
5. Kalau omzet lagi naik, boleh nggak langsung ekspansi?
Boleh, asal sudah punya tabungan bisnis dan cash flow stabil minimal 3–6 bulan. Jangan cuma ikut euforia penjualan sesaat.
Kesimpulan Singkat
Ngatur uang
bisnis bukan hal rumit kalau kamu tahu porsi dan tujuannya.
Gunakan panduan 6 pos ini sebagai “kompas keuangan”, biar bisnis kamu bukan
cuma terlihat rame, tapi juga benar-benar cuan di akhir bulan.
Jangan tunggu
bisnis kamu “rame dulu” baru belajar ngatur uang, karena justru dari
pengelolaan uang yang rapi, bisnismu bisa jadi rame dan untung terus.
Mulai aja dari hal paling sederhana: catat setiap transaksi, atur pos
pengeluaran, dan pisahkan rekening bisnis dari pribadi. Nggak perlu nunggu
modal besar atau software canggih. Yang penting disiplin dan konsisten.
Percaya deh, hasilnya bakal kamu rasain sendiri dalam 1–2 bulan pertama.
Kalau kamu
pengin dapet insight finansial bisnis yang gampang dipahami dan bisa langsung
dipraktikkan, ikuti terus update dari blog ini. Setiap minggunya, bakal
ada tips keuangan, strategi bisnis, dan cerita nyata dari para pelaku usaha
yang berhasil keluar dari “jebakan bisnis rame tapi saldo kosong.” Siap-siap,
karena setelah kamu mulai ngatur keuangan dengan benar, kamu nggak cuma jualan,
tapi juga beneran punya bisnis yang tumbuh dan cuan berkelanjutan! .
baca juga artikel : 10 daftar aplikasi e-wallet terbaik di tahun 2025

